Mengenal Empat Pilar Puasa Ramadhan untuk Meningkatkan Kualitas Ibadah dan Diterima oleh Allah SWT

Halo, Arbo Web! Bulan suci Ramadhan di depan mata, dan inilah saatnya kita memahami pilar-pilar puasa agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Pilar-pilar puasa mengajarkan kita untuk meningkatkan kualitas hidup lebih dari sekadar menahan makan dan minum. Temukan cara unik untuk memahami pilar-pilar puasa Ramadhan dan menjalankan ibadah yang bermakna dengan baik dan benar. Semoga bermanfaat!

Pilar-pilar puasa Ramadhan wajib diketahui terutama bagi mereka yang berpuasa saat bulan suci.

Kewajiban berpuasa ada dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

“Wahai orang-orang beriman, adalah wajib bagimu untuk berpuasa seperti yang dituntut dari orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi saleh” (QS Albacarat: 183).

Selain bermanfaat, puasa juga baik untuk kesehatan Anda.

Berpantang dari semua atau makanan dan minuman tertentu dapat menurunkan asupan kalori Anda secara keseluruhan dan meningkatkan penurunan berat badan dari waktu ke waktu.

American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan metabolisme dengan meningkatkan kadar norepinefrin neurotransmiter, yang dapat meningkatkan penurunan berat badan.

Memahami syarat dan pilar puasa Ramadhan

Harus ada syarat dan pilar puasa Ramadhan yang terpenuhi agar puasa di bulan suci masuk dalam kategori legal.

Menurut para sarjana yurisprudensi, syaratnya adalah jika tidak ada, praktik tersebut dianggap tidak ada.

Tetapi baginya, itu belum tentu merupakan praktik yang seharusnya ada, tetapi berada di luar praktik.

Artinya, jika hanya satu syarat yang tidak ada praktik baik dalam bentuk ibadah atau kontrak Muamaraa, praktik tersebut dianggap tidak ada atau tidak sah.

Misalnya, wudhu adalah persyaratan hukum untuk shalat. Jika seseorang berdoa tanpa mandi, doanya tidak sah.

Harmoni adalah apa yang dianggap tidak ada oleh praktik jika tidak ada. Tetapi dengan dia, itu belum tentu praktik yang diyakini ada, itu dalam praktik.

Bergaul mirip dengan suatu kondisi, karena jika hanya satu yang tidak terpenuhi, praktik tersebut dianggap tidak ada atau tidak valid.

Perbedaannya adalah bahwa harmoni ada dalam praktik, tetapi kondisinya di luar praktik. Contohnya dikaitkan dengan membungkuk atau bersujud dalam doa.

Doa seseorang, sengaja atau lupa, tidak sah jika sujudnya tidak ada atau kurang membungkuk.

Membungkuk dan bersujud adalah dalam doa. Berbeda dengan wudhu seperti contoh di atas.

Sekarang, silakan lihat uraian pilar puasa Ramadhan dan persyaratan hukumnya di bawah ini.

Pilar Puasa Ramadhan

Berdasarkan konsensus para ulama, pilar-pilar puasa Ramadhan menahan diri dari berbagai puasa dari fajar hingga matahari terbenam.

Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT: “Dan makan dan minumlah sampai benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, adalah terang bagimu, dan kemudian lengkapi puasa sampai malam” (QS al-Baccarat: 187).

1. Niat

Ulama Syafiiyah dan Marikiyah berpendapat bahwa niat adalah pilar puasa Ramadhan, bukan syarat.

Hal ini dikarenakan niat berpuasa selalu ada dalam diri seseorang kecuali ia berniat untuk berbuka puasa.

Hanabila dan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa niat adalah syarat hukum puasa dan bukan pilar puasa Ramadhan.

Pasalnya, niat dilakukan sebelum subuh selain puasa.

Terlepas dari perbedaan ulama dalam hal ini, orang yang berpuasa Ramadhan wajib berniat pada malam hari sebelum subuh. Tidak legal untuk berpuasa dengan orang yang tidak disengaja.

Sebagaimana sabda Rasulullah (saw) bersabda, “Barangsiapa yang tidak berniat berpuasa pada malam sebelum fajar, maka ia tidak akan berpuasa untuknya” (HR. Ahmad, Abu Daoud, Ibnu Majah).

Niat puasa Ramadhan yang dapat dipraktekkan ibadah kita sehingga sah, yaitu:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu Shauma Gadin an Adai Fardi Shakhri Ramadhana Hajihi Sanati Lilahi Taara.

Artinya, “Demi Allah SWT, saya akan berpuasa besok untuk memenuhi kewajiban Ramadhan saya tahun ini.”

Tujuan membaca niat adalah untuk menetapkan dalam pikiran bahwa puasa yang dilakukan adalah ketaatan terhadap perintah-perintah Allah SWT.

2. Menahan diri

Pilar puasa Ramadhan berikutnya adalah Anda dapat menahan diri dari apa pun yang membatalkan puasa Anda, dari matahari terbit hingga terbenam.

Hadits dari Umar bin Hasab(r) yang diucapkan oleh Nabi (saw):

“Jika malam datang dari sini, dan siang berlalu dari sini, dan matahari terbenam, orang yang berpuasa dapat berpuasa” (H.R. al-Buhari No. 1954, Muslim No. 1100).

Bentuk pengekangan meliputi keinginan berupa makanan, minuman, hubungan seksual dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat membuat puasa seseorang batal:

  • Makan dan minum aja dengan seng.
  • Muntah.
  • Asap.
  • Menstruasi atau nifas.
  • Berhubungan seks saat berpuasa.
  • Keluarnya cairan mani.
  • Kehilangan akal sehat, seperti menjadi gila atau tiba-tiba pingsan.
  • Hentikan Islam dan terima agama lain atau kemurtadan.
  • Berenang.
  • Kop.
  • Telan dahak.
  • Lakukan perawatan secara rektal atau melalui alat kelamin.
  • Suntikan.
  • Emosi yang berlebihan.

Agar puasa efektif, penting untuk memenuhi tidak hanya pilar-pilar puasa Ramadhan, tetapi juga kondisi puasa Ramadhan.

Istilah puasa

Setelah memahami istilah dan pilar puasa Ramadhan, ada beberapa hal yang harus Anda pertimbangkan.

Puasa seperti dilansir NU Islam adalah ibadah, yang merupakan kebutuhan atau rukun Islam.

Hal ini tertuang dalam Hadits yang diucapkan oleh Imam Tulumji dan Imam Muslim.

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ

“Dari Abi Abdulrahman, yaitu Abdullah ibn Umar ibn Hattab (r.a), saya mendengar nabi Salarahu Alaihi Wasalam berkata: Islam memiliki lima hal, yaitu bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulnya, yang bertanggung jawab atas pembentukan shalat, penerbitan zakat, tindakan haji di Baitulah (Ka’bah), dan puasa Ramadhan” (Hadits Sahee, diriwayatkan oleh al-Buhari: 7 dan Muslim: 19).

Yuk, cari tahu lebih lanjut di sini!

Persyaratan puasa wajib

Intinya adalah bahwa dikatakan bahwa Anda berkewajiban untuk berpuasa dalam kasus-kasus berikut:

1. Sehat, tidak sakit, tidak banyak bergerak (tidak dalam keadaan menurun)

Hal ini dijelaskan dalam ayat 185 Al-Qur’an Surah al-Baccarat.

Allah (swt) berfirman, “Dan barangsiapa sakit atau sedang dalam perjalanan (dan berbuka puasa) wajib berpuasa pada hari-hari lain, sebanyak hari-hari yang telah ditinggalkannya” (QS al-Baccarat: 185).

2. Suci dari menstruasi dan nifas

Hal ini didasarkan pada hadits Muaza yang pernah bertanya kepada Aisha (R) tentang hal itu. Muaza berkata

“Saya bertanya kepada Aisha, ‘Mengapa wanita tidak menstruasi berpuasa dan berdoa?’ Aisha bertanya, “Apakah kamu dari kelas Harulya?” Jawabku.

Saya menjawab, “Saya bukan Harulya, tapi saya hanya bertanya.” Dia menjawab, “Kami juga sedang menstruasi, jadi kami diperintahkan untuk tidak berpuasa dan berdoa.”

3. Islam

Ulama jumhuru mengklaim bahwa orang-orang juga muhatab bi hurushi shariya (tunduk pada hukum Syari’i dalam masalah Hulu).

Itulah sebabnya mereka juga terpapar kewajiban shalat, puasa dan zakat.

4. Bayi

Ketika seorang anak mencapai pubertas, ia terkena beban Syariah.

Rasulullah (saw) bersabda, “Pena (catatan amal) dibangkitkan dari tiga jenis orang: mereka yang tidur sampai mereka bangun, mereka yang masih anak-anak sampai mereka mencapai pubertas, dan orang gila sampai mereka menjadi bijaksana.” An Nasay’ No. 7307, Abu Daoud No. 4403, Ibnu Hiban No. 143).

5. Jadilah banyak akal

Seseorang dituntut dengan syariat ketika dia memiliki alasan.

Orang gila, pingsan, koma tidak menanggung beban Syariah sampai mereka kembali ke akal sehat mereka. Dasar asumsi sama dengan asumsi bayi yang dijelaskan di atas.

6. Mukim (bukan Safar)

Mereka yang sedang dalam perjalanan panjang tidak diwajibkan untuk berpuasa. Allah SWT berfirman:

“Barangsiapa sakit atau sedang dalam perjalanan (dan berbuka puasa) akan (berpuasa)wajib), sebanyak hari yang telah ditinggalkannya, pada hari-hari lain” (QS Albacarat: 184).

7. Anda bisa berpuasa

Orang yang tidak dapat berpuasa karena usia tua, usia tua, atau usia tua lainnya, seperti sakit, tidak wajib berpuasa. Allah SWT berfirman:

“Allah tidak membebani seseorang kecuali dia menaatinya sesuai dengan kemampuannya” (QS. Albacarat: 286).

Persyaratan hukum untuk puasa

Ada beberapa persyaratan hukum untuk berpuasa yang penting untuk dipenuhi bersama dengan pilar-pilar puasa Ramadhan.

1. Islam

Ini adalah kondisi hukum dari semua praktik. Allah Yang Mahatinggi berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya menerima adat istiadat orang-orang saleh.” Al-Maida: 27).

2. Tammy

Anak-anak kecil yang mumaiz (yang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk) dikatakan sebagai ibadah yang sah dalam pilar-pilar puasa Ramadhan.

Menurut para sarjana, kriteria Tammys adalah ketika seorang anak umumnya dapat memahami kata-kata orang lain dengan baik.

Hal ini didasarkan pada hadits Abdullah bin Abbas (R). “Seorang wanita mengangkat seorang anak kecil (di hadapan Nabi (damai besertanya)) dan kemudian dia berkata: “Apakah anak ini ziarah haji yang sah?” Nabi menjawab: “Ya, itu sah, dan kamu mendapatkan pahala.” Muslim No. 1336).

3. Jadilah banyak akal

Orang-orang yang tertutup terhadap nalar, haram dan tidak menganggap praktik mereka karena kurangnya niat dari diri mereka sendiri.

4. Suci dari menstruasi dan nifas

Perempuan saat menstruasi dan setelah melahirkan tidak sah beribadah karena berada dalam keadaan Hadas Akbar. Dasar hadits tersebut disebutkan di atas.

5. Masukkan waktu

Puasa hanya efektif jika dilakukan tepat waktu. Salah satunya saat Ramadhan dan antara subuh dan terbenam di Sadiq. Allah SWT berfirman:

“Bulan Ramadhan, bulan (permulaan) di mana Al-Quran diturunkan sebagai panduan bagi manusia, dan penjelasan tentang tuntunan dan perbedaannya (antara hak dan kesombongan)” (QS al-Baccarat: 185).

6. Niat

Niat adalah syarat hukum untuk berpuasa, karena puasa adalah ibadah dan ibadah tidak sah kecuali untuk niat seperti ibadah lainnya.

Asumsi ini adalah perkataan nabi (damai sejahtera besertanya): “Sesungguhnya semua amal tergantung pada niatnya.”

Tetapi sementara beberapa mengungkapkan niat mereka, yang lain tidak. Ini tergantung pada pemahaman.

Ini adalah penjelasan tentang pilar-pilar puasa, bersama dengan persyaratan hukum yang harus diperhatikan oleh umat Islam.

Jika seorang yang lebih cepat memenuhi persyaratan hukum dan pilar puasa Ramadhan, maka dapat dikatakan bahwa puasanya sah.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan pilar-pilar puasa Ramadhan agar puasa kita diterima oleh Allah SWT.

Senang belajar menahan dan mengendalikan diri saat berpuasa, ya.

Dalam memahami pilar-pilar puasa Ramadhan, kita dapat memperkuat iman dan ibadah sehari-hari. Menjaga ketujuh poin dalam puasa Ramadhan dapat membuat ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Mari kita terus belajar, memahami, dan mengamalkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Sampai jumpa di artikel menarik lainnya.

#Memahami #pilarpilar #puasa #Ramadhan #agar #ibadah #dapat #diterima #oleh #Allah #SWT arbo Memahami pilar-pilar puasa Ramadhan agar ibadah dapat diterima oleh Allah SWT