Daftar isi
Perhimpunan Dokter Indonesia (IDI) mendorong penggunaan obat tradisional yang sesuai dengan standar klinis. Hal ini untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan. IDI juga mengingatkan agar masyarakat tidak mempercayai klaim obat tradisional yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
IDI: Penggunaan Obat Tradisional Harus Sesuai Standar
SEMARANG – Kepala Bidang Pengembangan Obat dan Pelayanan Holistik Kesehatan Tradisional PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ina Rosalina mengingatkan penggunaan obat tradisional harus memenuhi standar.
“Obat tradisional yang baik dan memenuhi standar yaitu yang telah mendapat sertifikasi dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),” ujarnya dalam keterangan yang diterima di Semarang, Antara, Minggu, 19 Maret.
Hal itu disampaikannya saat seminar fitofarmaka bertajuk “Peran Dokter Dalam Pemanfaatan Obat Alami Indonesia Dalam Pelayanan Kesehatan” yang digelar di Semarang kemarin.
Diakuinya, masyarakat Indonesia sangat suka menggunakan obat-obatan alami untuk menyembuhkan berbagai penyakit, namun seringkali tidak memperhatikan kualitasnya.
“Jadi kegiatan ini dilakukan sebagai edukasi. Ini saat yang tepat untuk mensosialisasikan bahan alam sebagai obat,” ujarnya.
Direktur Pembinaan dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan Dina Sintia Pamela mengatakan, kekayaan Indonesia dapat dikembangkan tidak hanya sebagai jamu, tetapi sebagai obat herbal yang telah lolos uji coba klinik.
“Pemerintah mengimbau agar obat ini dapat digunakan secara aman bagi masyarakat agar tidak bergantung pada obat kimia,” ujarnya seraya meminta masyarakat jika menemukan efek samping obat herbal agar melaporkannya agar dapat direview oleh BPOM bersama ahli.
Sementara itu, ketua panitia seminar, Budi Palarto menjelaskan, seminar tersebut merupakan kegiatan PB IDI bekerja sama dengan IDI Jateng untuk mentransformasi obat tradisional sesuai kemajuan teknologi.
Menurutnya, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, salah satunya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat yang terbuat dari bahan alam sehingga melalui kegiatan ini juga disosialisasikan fitofarmaka.
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan secara ilmiah keamanan dan khasiatnya melalui uji praklinis dan klinis, bahan baku dan produk jadinya telah terstandarisasi.
“Semoga kegiatan ini dapat menjadi rekomendasi yang dilakukan secara rutin tidak hanya sekali sehingga ilmu fitofarmaka dapat lestari dan dapat dirasakan manfaatnya,” tutupnya.
Perwakilan Kepala IDI Wilayah Jawa Tengah Dr. Sarwoko Oetomo berharap kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pengobatan sehari-hari, tentunya yang telah melalui kajian, termasuk efek sampingnya.
“Mari kita manfaatkan kekayaan Indonesia yang kita miliki untuk pengobatan tradisional yang minim efek samping,” ujarnya.
Sementara itu, Sekjen PB IDI Ulul Albab menyampaikan apresiasinya kepada IDI Region Jateng yang mampu menyelenggarakan seminar yang dihadiri ratusan dokter tersebut.
Tak lupa, Ulul berpesan kepada peserta seminar untuk mengutamakan etika di tengah profesionalismenya sebagai dokter.
Kesimpulan
Dalam bidang kesehatan, penggunaan obat tradisional kian dilirik sebagai alternatif pengobatan. Namun, harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Hal ini untuk memastikan keamanan dan kemanjuran obat yang dikonsumsi masyarakat. Dalam memilih dan mengonsumsi obat tradisional, kita harus teliti dan berhati-hati agar tidak menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan kesehatan kita.
Temukan artikel menarik lainnya di Google News
#IDI #Penggunaan #Obat #Tradisional #Harus #Sesuai #Standar arbo IDI: Penggunaan Obat Tradisional Harus Sesuai Standar