NAMA: ISBUL ANSARIBATANG: N1A414003KELAS: ANEHPROG. STUDI: SASTRA INDONESIA
“Memahami Sastra Lisan dan Karya Sastra”1. Pengertian Sastra LisanSastra lisan adalah sastra yang mencakup ungkapan sastra masyarakat suatu budaya yang tersebar dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut).Pada dasarnya sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari sastra lisan Inggris. Beberapa juga mengatakan itu berasal dari letterquade orale Belanda. Kedua pendapat mengenai istilah sastra lisan di atas dapat dibenarkan. Namun permasalahannya adalah istilah itu sendiri mengandung kontradiksi, istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari sastra lisan Inggris. Ada juga yang menyatakan bahwa istilah tersebut berasal dari bahasa Belanda orale letterkunde. Kedua pendapat ini dapat dibenarkan, tetapi persoalannya istilah itu sebenarnya mengandung kontradiksi (Pinnegan, 1977: 167), karena kata sastra (sastra) mengacu pada kata literae yang artinya huruf. Yang disebut sastra lisan atau sastra lisan adalah sastra yang mencakup ungkapan sastra warga suatu budaya yang tersebar dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut). peran dalam masyarakat, karena masih banyak masyarakat yang buta huruf (umumnya petani pedesaan). Dengan demikian, apa yang disebut dalam masyarakat sastra tulis tradisional (istana, pusat keagamaan, dll.). Demikian pula sastra modern (buku cetak yang banyak dijumpai di kota-kota) hanyalah sebagian kecil dari kehidupan sastra Sastra lisan (Udin, 1996: 1) adalah seperangkat pertunjukan naratif lisan yang melibatkan penutur dan khalayak (penonton) menurut pendapatnya. untuk prosedur dan tradisi kinerja. . Sastra lisan (Nisya, adalah karya sastra yang beredar di masyarakat atau diwariskan secara turun-temurun dalam bentuk lisan. Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra lisan adalah suatu bentuk karya sastra berupa narasi yang lahir dan menjadi tradisi dalam suatu masyarakat Contoh: Tembang Macapat, Lagenda Reog Ponorogo, Hikayat Sangkuriang Antara sastra lisan dan sastra tulis ada hubungan timbal balik karena sisi mata uang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan Sastra lisan adalah cikal bakal sastra tulis.Sesuai dengan A. Theew (1983), bahwasastra lisan dan sastra tulis dari segi sejarah dan tipologi tidaklah baik dipisahkan.Keduanya harus dilihat sebagai satu kesatuan dan utuh sehingga tidak dapat mengutamakan satu sama lain.Sebaliknya, kedua jenis karya sastra ini harus saling mendukung dan melengkapi satu sama lain, memperkaya khasanah sastra nusantara.Apa perbedaan sastra lisan dan sastra tulis? Berbagai bentuk pengiriman. Sastra lisan berbentuk dari mulut ke mulut dan isinya dapat diketahui melalui tuturan. Sedangkan sastra tulis berupa tulisan yang dapat dilihat dengan kasat mata, bentuk isinya. Versi cerita yang berbeda. Sastra lisan memiliki banyak versi cerita tergantung siapa yang menceritakannya, sedangkan sastra tulis hanya memiliki satu versi. Ketika sebuah karya sastra tertulis diperlihatkan kepada orang lain, mereka akan segera mengenali bentuk, format, dan cerita yang sama. Sastra lisan sulit diketahui siapa penutur asli atau asal pengarang pertama, karena sastra lisan berbentuk tuturan yang sewaktu-waktu dalam proses penceritaannya mudah berganti nama atau mudah terhasut. Sedangkan sastra tulis mudah diketahui siapa pengarang atau asal usul pengarang aslinya, karena nama pengarang dapat dibuktikan dengan jelas pada media yang digunakan. Bentuk sastra lisan sendiri dapat berupa prosa (seperti mitos, fabel dan legenda), puisi rakyat (seperti syair, gurindam dan pantun), seni pertunjukan seperti wayang, ekspresi tradisional (seperti peribahasa dan peribahasa). ), lagu daerah dan masih banyak lagi. . Perkembangan sastra lisan dalam sastra Indonesia dipengaruhi oleh beberapa budaya lain, seperti budaya Tionghoa, Hindu-Buddha, India, dan Arab. Sastra lisan yang dipengaruhi budaya dibawa masuk melalui perdagangan, perkawinan, dan agama. Fungsi sastra lisan sendiri tidak hanya untuk kebutuhan kesenian saja, tetapi juga terdapat unsur pendidikan yang ingin disampaikan di dalamnya, seperti nilai moral dan nilai religi dalam masyarakat. Salah satu contoh sastra lisan yang berkaitan dengan moralitas adalah Gurindam. Gurindam adalah puisi Melayu Kuno yang sangat dipengaruhi oleh sastra Hindu. Isi Gurindam sendiri adalah nasihat hidup. Selain gurindam, salah satu contoh sastra lisan yang berkembang di masyarakat sarat nilai adalah lagu daerah.
2. Pengertian Karya SastraKarya sastra adalah ungkapan diri manusia berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, hasrat, keyakinan dalam bentuk penggambaran kehidupan, yang dapat menimbulkan daya tarik dengan alat bahasa dan dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Jakop Sumardjo dalam bukunya yang berjudul “Apresiasi Sastra” mengatakan bahwa karya sastra adalah upaya merekam isi jiwa pengarang. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah suatu bentuk rekaman dalam bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.Menurut Sumardjo dan Sumaini, salah satu pengertian sastra adalah seni berbahasa. Artinya, lahirnya sebuah karya sastra adalah untuk dinikmati oleh pembaca. Untuk benar-benar menikmati sebuah karya sastra, diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa pengetahuan yang memadai, penikmatan sebuah karya sastra hanya dangkal dan cepat berlalu karena pemahaman yang kurang tepat. Sebelum ini, setiap orang harus tahu apa yang dimaksud dengan karya sastra. Sastra bukanlah ilmu. Karya sastra adalah seni yang banyak mengandung unsur manusia, terutama perasaan, sehingga sulit untuk menerapkan metode ilmiah. Perasaan, nafsu, keyakinan, kepercayaan sebagai unsur karya sastra sulit untuk didefinisikan.Pada dasarnya karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra dapat memberikan kesadaran kepada pembacanya akan kebenaran hidup, sekalipun digambarkan dalam bentuk fiksi. Sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan pengalaman untuk berkreasi, karena setiap orang dapat menuangkan isi hati dan pikirannya ke dalam sebuah karya seni.Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan sastra, maka tidak salah jika kita melihat lebih dalam mengenai genre (jenis) karya sastra. pekerjaan. literatur. Karya sastra dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu karya sastra imajinatif dan karya sastra non imajinatif. Ciri-ciri sastra imajinatif adalah menekankan sifat fiksi, menggunakan bahasa konotatif, dan memenuhi kebutuhan estetika seni. Sedangkan ciri-ciri karya sastra non imajinatif adalah lebih banyak unsur faktual daripada imajinasi, cenderung menggunakan bahasa denotatif, dan tetap memenuhi syarat estetika seni. bekerja. Dalam konteks lain, mungkin manusia bisa menghasilkan produk intelektual (seperti lagu atau puisi) atau objek material (rumah atau kerajinan). A sastra adalah kreasi dikomunikasikan secara komunikatif tentang keinginan pencipta untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering bercerita, baik sebagai orang pertama atau ketiga, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang relevan dengan zamannya.
Sumber: