Indonesia Medical Anthropology Network (IMA) berupaya meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat terhadap kelompok marjinal dalam bidang kesehatan. IMA memperjuangkan hak-hak kelompok tersebut agar mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang sama dengan yang lainnya. Lebih lanjut, IMA turut serta memberikan pendidikan kesehatan yang berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang lebih luas.
Menyuarakan kelompok marjinal melalui IMA
Revolusi digital memungkinkan setiap orang untuk dengan mudah dan murah membuat media massa sendiri. Dewan Pers mencatat saat ini terdapat kurang lebih 40.000 media di Indonesia. Sementara sebagian besar media fokus pada bidang yang sama, seperti hard news, banyak media yang mengeksplorasi keunikan topik yang disajikan, metode penyampaian, dan kelompok.
Setidaknya, hal ini terpantau pada 164 pendaftar Independent Media Accelerator (IMA). Seperti diketahui, IMA merupakan ajang yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas media kecil dan komunitas di bidang jurnalisme berkualitas, model bisnis, dan transformasi digital. Pendaftaran IMA ditutup pada 25 Juli dengan kumpulan pelamar yang sangat beragam.
Meski didominasi oleh media platform web dengan teks (artikel, tulisan) sebagai media penyampaiannya, banyak media menengah kecil yang secara optimal menggunakan platform multimedia seperti video. Bahkan, tidak jarang media meninggalkan berita berbasis teks dan beralih sepenuhnya ke ranah multimedia.
Uniknya lagi, beberapa media menggunakan cara penyampaian yang tidak biasa, seperti komik atau kaos. Berita tidak disampaikan melalui artikel berita, melainkan menggunakan ilustrasi dan komik dengan sedikit teks. Unik dan menghibur. Sedangkan media lain menayangkan berita bukan di media cetak atau elektronik melainkan di kaos.
Komunitas yang mereka wakili juga sangat beragam. Ada media yang merepresentasikan kelompok disabilitas yang jarang terwakili di media arus utama. Ada juga kelompok perempuan bahkan beberapa media mewakili desa dan dusun tertentu. Kelompok marjinal yang belum diberi suara dapat didengar melalui media khusus untuk topik ini.
Saat ini juri dipilih dari Tempo Institute, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). Mereka telah memilih 20 medium yang berkesempatan mengikuti pelatihan online dan offline mulai pertengahan hingga akhir bulan ini.
in Conclusion
Dalam upaya untuk memberikan suara bagi kelompok marjinal, Ikatan Muslimin Indonesia (IMAI) telah memberikan kontribusi penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui partisipasi aktifnya di bidang kegiatan sosial dan politik, IMAI berhasil memperjuangkan hak-hak kelompok marjinal dengan sukses. Harapan kita adalah terus memperkuat dan memperluas pengaruh IMAI sehingga kelompok marjinal dapat memiliki wadah yang kuat dan berkesinambungan.
Temukan artikel menarik lainnya di Google News
#Berita #Menyuarakan #kelompok #marjinal #melalui #IMA arbo Berita: Menyuarakan kelompok marjinal melalui IMA