Daftar isi
Alergi obat pada anak bisa menjadi kondisi yang berbahaya dan harus diwaspadai.
Risiko mengembangkan kondisi ini lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda.
Pasalnya, anak yang masih sangat kecil belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna seperti orang dewasa.
Berdasarkan alasan tersebut, ibu harus memberikan obat pada bayi dan anak sesuai dengan anjuran dokter.
Hindari menggandakan dosis atau memberikan obat lain tanpa anjuran dokter, untuk menghindari risiko yang berbahaya.
Yuk, Sobat, pelajari lebih lanjut tentang alergi obat pada bayi dan anak melalui kolom komentar di bawah!
Apa itu Alergi Obat pada Anak?
Alergi obat pada anak merupakan kondisi yang terjadi ketika sistem imun tubuh bereaksi secara tidak normal terhadap kandungan dalam obat.
Tanda dan gejala alergi obat pada anak berbeda-beda, tergantung tingkat keparahannya.
Namun keluhan yang biasa muncul adalah gatal, ruam kemerahan, dan demam.
Pada kondisi alergi yang parah, balita Anda harus segera dibawa ke rumah sakit atau IGD.
Faktanya, reaksi alergi yang parah dikenal secara medis sebagai anafilaksis. Kondisi ini bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Yang perlu ibu ketahui, alergi obat pada anak tidak sama dengan efek samping obat.
Efek samping adalah kemungkinan kondisi yang dapat terjadi akibat penggunaan obat dalam kadar tertentu.
Efek samping obat biasanya tertera pada label atau kemasan.
Sedangkan alergi obat adalah keracunan obat akibat dosis yang berlebihan atau ketidaksesuaian dengan kandungan di dalamnya.
Gejala Alergi Obat Pada Anak
Tanda dan gejala alergi obat yang serius pada anak biasanya terjadi dalam waktu 1 jam setelah minum obat atau bisa lebih cepat.
Reaksi umum dapat berupa ruam yang berlangsung berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu.
Jadi gejalanya tergantung dari tingkat keparahannya ya Sobat.
Dilansir Mayo Clinic, gejala lain alergi obat pada anak yang harus Anda ketahui.
- Ruam dan kemerahan pada kulit
- Gatal
- Demam
- Pembengkakan terjadi
- Sulit bernafas
- Mengi atau mengeluarkan suara saat bernapas
- Anafilaksis
Seperti dijelaskan di atas, anafilaksis adalah salah satu gejala reaksi alergi yang paling parah.
Kondisi serius ini membutuhkan pertolongan segera. Kemudian gejala anafilaksis dapat digambarkan sebagai berikut:
- Saluran udara menyempit, menyebabkan kesulitan bernapas
- Mual dan kram perut
- Muntah atau diare
- Pusing atau pusing
- Denyut nadi menjadi lemah dan tubuh menjadi lemah
- Tekanan darah turun drastis
- Kehilangan kesadaran atau pingsan
Hubungi bantuan medis darurat jika anak Anda memiliki tanda-tanda reaksi parah atau dugaan anafilaksis setelah minum obat.
Jika Anda memiliki gejala alergi obat yang lebih ringan, segera temui klinik terdekat.
Penyebab Alergi Obat
Alergi obat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru mengidentifikasi obat sebagai zat berbahaya, seperti virus atau bakteri.
Setelah sistem kekebalan mendeteksi suatu obat sebagai berbahaya, ia akan mengembangkan antibodi khusus untuk obat tersebut.
Hal ini dapat terjadi saat pertama kali Anda mengonsumsi obat, tetapi terkadang alergi tidak berkembang hingga paparan berulang terjadi.
Antibodi secara otomatis mengenali obat tersebut dan menginstruksikan sistem kekebalan untuk menyerang zat tersebut.
Senyawa kimia yang dikeluarkan oleh antibodi ini menimbulkan gejala yang berhubungan dengan reaksi alergi.
Beberapa reaksi alergi dapat terjadi akibat proses yang sedikit berbeda.
Para peneliti percaya bahwa beberapa obat dapat mengikat langsung ke jenis sel darah putih sistem kekebalan tertentu yang disebut sel T.
Peristiwa ini menyebabkan pelepasan bahan kimia yang dapat menyebabkan reaksi alergi saat pertama kali Anda mengonsumsi obat tersebut.
Daftar Nama Obat Berisiko Tinggi Alergi
Meskipun obat apa pun dapat menyebabkan reaksi alergi, beberapa obat lebih sering dikaitkan dengan alergi.
Ada beberapa nama bahan aktif obat yang dapat menyebabkan alergi, antara lain:
- Antibiotik, seperti penisilin
- Obat pereda nyeri, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen sodium
- Obat kemoterapi untuk mengobati kanker
- Obat untuk penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis
Terkadang, efek samping obat dapat menimbulkan gejala yang sangat mirip dengan alergi obat pada anak.
Namun, efek samping obat tersebut tidak dipicu oleh aktivitas sistem kekebalan tubuh.
Kondisi ini disebut reaksi hipersensitivitas non-alergi atau reaksi obat pseudoalergi.
Jenis Reaksi Obat pada Anak
Ada beberapa reaksi obat yang umum terjadi pada bayi.
Namun, ada juga reaksi yang bisa menandakan kondisi kesehatan tertentu, atau karena jenis obat yang digunakan.
1. Obat Ruam
Mengutip National Children’s, ruam obat pada anak merupakan reaksi obat pada tubuh bayi terhadap obat tertentu.
Jenis ruam tergantung pada jenis obatnya, dan dapat berkisar dari ringan hingga parah.
Ruam obat pada anak-anak dapat dikategorikan berdasarkan penyebab berikut:
- Ruam yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat
- Ruam disebabkan oleh efek samping yang tidak diinginkan dari obat-obatan tertentu
- Ruam karena hipersensitivitas yang diinduksi obat terhadap sinar matahari
- Ruam obat parah dan membutuhkan rawat inap
Pengobatan dan perawatan khusus untuk ruam obat akan ditentukan berdasarkan banyak faktor, yaitu:
- Usia anak, kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat kesehatan
- Sejauh kondisinya
- Toleransi anak terhadap obat, prosedur, atau terapi tertentu
- Pendapat atau preferensi dokter
2. Alergi Obat
Menurut Mayo Clinic, alergi obat adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu obat.
Entah itu obat bebas, atau menggunakan resep dokter, atau bahkan jamu.
Alergi obat juga bisa merupakan reaksi obat yang terjadi pada bayi.
Menurut American College of Allergy, Asthma & Immunology, reaksi alergi obat pada anak dapat memiliki gejala sebagai berikut:
- Ruam kulit atau gatal-gatal
- Perasaan gatal
- Mengi atau masalah pernapasan lainnya
- Bengkak
- Anafilaksis, reaksi yang berpotensi mengancam jiwa yang dapat mempengaruhi dua atau lebih sistem organ
Pemicu alergi obat yang umum[dalam sesetengah kanak-kanak]dapat disebabkan oleh obat-obatan berikut: [adaanakyangumumbisadisebabkanolehbeberapaobatberikutini:
- Penisilin dan beberapa antibiotik lainnya
- Antibiotik yang mengandung sulfonamida (obat sulfa)
- Antikonvulsan
- Aspirin, ibuprofen, dan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya
- Obat kemoterapi
Hindari minum obat yang dapat memicunya, dan segera cari pertolongan medis jika gejala alergi Anda memburuk.
3. Reaksi demam
Pemberian obat dapat mengganggu keseimbangan suhu tubuh yang dapat menyebabkan demam.
Kondisi demam ini juga bisa menjadi reaksi obat pada bayi.
Menurut jurnal dari PubMed berjudul Drug-induced fever, demam dapat disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas dengan karakteristik yang mirip dengan reaksi alergi.
Demam paling sering terjadi setelah 7-10 hari pemberian obat dan menetap selama obat dilanjutkan.
Kondisi ini bisa hilang begitu obat dihentikan.
Obat yang paling umum menyebabkan demam termasuk penisilin, sefalosporin, antituberkular, quinidine, procainamide, metildopa, dan fenitoin.
Ibu dapat memandikan atau menggosok anak dengan air hangat untuk membantu menurunkan demam.
Hindari menggunakan air dingin, mandi es, atau alkohol untuk mengurangi demam.
Jika reaksi obat mengkhawatirkan, sebaiknya Anda menemui dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Cara Mengatasi Alergi Obat Pada Anak
Cara mengatasi alergi obat pada anak tentunya tergantung dari tingkat keparahan, kondisi fisik, dll.
Namun umumnya jika alerginya tidak terlalu parah, Bunda bisa mengatasinya dengan cara-cara berikut ini:
1. Berhenti menggunakan narkoba
Hentikan penggunaan obat tersebut, namun tentunya Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Hal ini dikarenakan dokter sendiri yang harus menentukan jenis obat penyebab alergi pada tubuh Si Kecil.
Jadi jangan tiba-tiba berhenti minum obat untuk mengatasi alergi obat pada anak ya Sobat.
2. Minum Antihistamin
Mengambil antihistamin diperlukan ketika anak Anda memiliki reaksi alergi.
Saat alergi, tubuh akan mengeluarkan histamin secara berlebihan.
Jadi, jika Anda mengonsumsi obat antihistamin, obat tersebut akan membantu memperlambat produksi histamin dalam tubuh.
Cara ini cukup efektif untuk mengatasi alergi obat pada anak.
3. Gunakan kortikosteroid
Kortikosteroid, tersedia dalam bentuk oral atau injeksi, dapat digunakan saat reaksi alergi terjadi secara tiba-tiba.
Adanya benda ini juga untuk mengobati peradangan yang berhubungan dengan reaksi alergi yang lebih serius.
Penanganan alergi obat pada anak sebaiknya dibantu oleh tenaga kesehatan yang terampil.
4. Injeksi epinefrin
Untuk pengobatan anafilaksis, suntikan yang disebut epinefrin diperlukan untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk.
Setelah itu, ia dibawa ke rumah sakit untuk perawatan menjaga tekanan darah atau membantu pernapasan.
5. Terapi desensitisasi
Dalam beberapa kasus, alergi penisilin atau obat lain akan merespons desensitisasi.
Perawatan ini melibatkan pemberian dosis yang sangat kecil pada awalnya, diikuti dengan dosis obat yang semakin besar.
Proses ini harus dilakukan hanya oleh alergi, jika tidak ada obat alternatif yang bisa diminum.
Demikian informasi mengenai alergi obat pada anak yang perlu Anda ketahui.
Jika Si Kecil mengalami kondisi ini, jangan tunda untuk segera memeriksakan diri ke dokter ya Sobat.
Ini penting, terutama jika balita Anda mengalami reaksi anafilaksis setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Untuk menghindari risiko alergi obat pada anak, pastikan Anda selalu memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu.
Pastikan juga ibu mematuhi anjuran dan saran dokter terkait pemberian obat pada anak.
Jangan lengah atau lalai, agar si Kecil tidak mengalami keadaan berbahaya akibat alergi obat.